INDUSTRI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI INDONESIA


Industri penggemukan sapi potong memiliki peluang yang besar di Indonesia karena permintaan akan daging semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. Sampai saat ini produksi daging sapi di Indonesia belum memenuhi kebutuhan. Program swasembada daging yang dicanangkan pemerintah juga belum berhasil karena jumlah populasi sapi potong yang terdapat di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan daging sapi bagi masyarakat. Kebutuhan daging sapi didalam negeri belum mampu dicukupi oleh peternak di Indonesia karena jumlah populasi ternak masih di bawah target kebutuhan masyarakat Indonesia. Produksi daging sapi di Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 485.330 ton, sedangkan populasi sapi potong di Indonesia hingga tahun 2012 hanya mencapai 14.824.370 ekor (Departemen Pertanian, 2012).  

Penanganan ternak pada awal penggemukan sapi potong memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan penggemukan sapi potong. Penanganan ternak pada awal penggemukan meliputi vaksinasi, pemberian obat cacing, suplemen, penimbangan, pengelompokan sapi, dan sebagainya. Penanganan ternak yang baik pada awal penggemukan akan memberikan efek positif terhadap hasil penggemukan, oleh karena itu, penanganan ternak pada awal penggemukan harus diperhatikan supaya proses penggemukan sapi potong dapat berjalan sesuai rencana dan menguntungkan. Pengamatan tentang penanganan ternak pada awal penggemukan tidak dilakukan oleh usaha penggemukan sapi dalam skala kecil, padahal penanganan ternak pada awal penggemukan sangat penting dalam menunjang keberhasilan penggemukan sapi potong. I

Sapi potong adalah sapi yang dikembangbiakkan dengan tujuan utama sebagai penghasil daging (Abidin, 2006). Bangsa sapi potong yang sudah banyak dipelihara di Indonesia adalah Angus, Simmental, Limousin, Brahman, Ongole, Bali, Jawa, dan Madura (Rianto dan Purbowati, 2011). Sapi potong merupakan salah satu penghasil sumber protein hewani bagi manusia. Kebutuhan protein terus meningkat seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan penduduk, daya beli masyarakat, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi yangseimbang untuk kesehatan tubuh (Sodiq dan Budiono, 2012). Produktivitas sapi potong saat ini masih sangat memprihatinkan karena volumenya masih jauh dari target yang dibutuhkan konsumen nasional. Masalah tersebut disebabkan oleh produksi daging yang masih rendah dan faktor penyebabnya adalah populasi sapi potong di Indonesia masih belum mencukupi (Sugeng, 2007).

Penggemukan sapi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pertambahan bobot badan yang tinggi selama pemeliharaan. Penggemukan sapi dapat dilakukan dengan sistim dikandangkan (dry lot fattening)di padang penggembalaan sepanjang hari (pasture fattening), dan kombinasi antara di kandang dengan digembalakan (Rianto dan Purbowati, 2011). Kandang yang digunakan untuk memelihara sapi dapat berupa kandang koloni dan kandang individu (Abidin, 2006).

Sapi potong yang baru tiba di peternakan harus diberi perlakuan khusus untuk mengembalikan kondisinya yang menurun setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Perlakuan khusus tersebut dapat berupa pemberian air minum yang ditambah gula merah, pemberian vitamin dan obat cacing, serta pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit sesuai kapasitas konsumsi untuk penyesuaian pakan (Fikar dan Ruhyadi, 2010). Tujuan penanganan ternak pada awal penggemukan adalah untuk penyesuaian /adaptasi dan penggunaan inovasi teknologi, misalnya penggunaan hormon perangsang pertumbuhan. Penggunaan hormone perangsang pertumbuhan dapat dilakukan pada sapi yang akan digemukkan untuk meningkatkan laju pertumbuhan sapi (Abidin, 2006).