Sahabat tani dan peternak, Kalangan peternak ayam atau unggas belakangan sedang ramai dikarenakan akan dicabutnya AGP (Antibiotik Growth Promoter) atau pemacu tumbuh dalam ternak oleh pemerintah. Karena memang selama ini penggunaan AGP hukumnya wajib di kalangan peternak ayam/unggas yang biasa diberikan melalui vaksin.
Pertanyaannya, kenapa harus dicabut? Kenapa pemerintah berencana akan menerbitkan larangan penggunaan AGP? Apakah berbahaya untuk ternak?
Dilansir Trobos Livestock, pada 1953 penggunaan antibiotik mulai dilakukan dalam industri perunggasan sebagai pemacu pertumbuhan (growth promoter) ayam dengan cara mematikan mikroflora dalam usus. Sejak itu pula, AGP (Antibiotic Growth Promoter) banyak digunakan dalam budidaya untuk meningkatkan performa ayam. Bahkan, penggunaan AGP diestimasi dapat meningkatkan pertumbuhan ayam sebesar 4 – 8 % dan meningkatkan utilisasi pakan 2 – 5%.
Namun sekarang ini, industri perunggasan berangsur mundur dalam penggunaan AGP. Ditemukannya dampak negatif dalam proses budidaya disinyalir menjadi penyebab AGP kehilangan keeksisannya. Penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol dan tidak sesuai prosedur menyebabkan resistensi mikroba terhadap antibiotik tersebut. Permasalahan ini membutuhkan solusi berupa produk yang mampu memacu pertumbuhan ternak tanpa menimbulkan resistensi. Penekanan ini disam¬paikan Rolando Valientes, Regional Category Manager – Eubiotics – DSM Asia Pacific, dalam acara Simposium Nasional Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, di Dramaga Bogor (19/7).
Rolando menyampaikan, AGP kehilangan pamornya, salah satu contohnya terjadi pada jaringan restoran cepat saji terbesar di dunia McDonald’s pada Maret 2015 mengumumkan bahwa dalam dua tahun ini hanya akan menghasilkan produk ayam dan telur di Amerika Serikat (AS) yang berasal dari ternak yang bebas dari antibiotik yang digunakan di manusia. Sedangkan kompetitornya, Chick-Fil-A, sejak tahun 2014 lalu telah memberikan pernyataan yang lebih ekstrem, bahwa mereka berjanji hanya akan menyediakan produk asal ayam yang sama sekali tidak pernah menggunakan antibiotik.
Di Asia, industri perunggasan Kee Song Brothers yang memegang pangsa pasar 15% di Singapura juga mengikuti. “Larangan penggunaan antibiotik sudah berlaku di beberapa negara di Asia, seperti di Korea Selatan larangan total penggu¬naan AGP sejak juli 2011, Taiwan melarang penggunaan antibiotik (bacitracin, chlortetracycline, lincomycin,neomucin, oxytetracyline, penicillin, spectinomycin,dan virginiamycin), Filipina telah melarang penggunaan antibiotik (nitrofurans, chloramphenicol, olaquindox,dan furazolidone), larangan penggunaan AGP di Vietnam akan berlaku pada Januari 2018, sementara Indonesia di waktu yang sama (Januari 2018) berencana meninggalkan AGP,” paparnya.
Rolando menyebut,untuk meniadakan AGP pada pakan ayam, ada tiga hal yang menjadi fokus utama dalam produksi,yaitu manajemen, nutrisi, dan kesehatan ternak itu sendiri. Menurutnya, manajemen meliputi:kepadatan, manajemen pakan, ventilasi (suhu dan kelembapan) dan TLC (tender, loving, care). Nutrisi terdiri dari kontrol kualitas bahan baku pakan yang ketat (kualitas dan keamanan), kontrol mikotoksin, penggunaan vitamin yang optimal, dan penggunaan enzim (protease, amylase, xylanase, phytase, dan lain-lain) dalam memaksimalkan kecernaan bahan pakan. Kemudian kesehatan terdiri dari peningkatan kebersihan dan sanitasi, vaksinasi dan memastikan respon optimal, penggunaan antibiotik yang bijaksana, dan penggunaan eubiotik seperti asam organik dan senyawa minyak essential.
BAWANG PUTIH SOLUSI ANTIBIOTIK ALAMI
Bagi Anda yang sudah terbiasa atau pernah merasakan manfaat bawang putih untuk ayam atau unggas, tentu tidak akan panik dengan rencana pencabutan penggunaan AGP untuk unggas. Karena ada bahan pengganti Antibiotik Alami, yaitu bawang putih. Ya, bawang putih bumbu masak yang selalu tersedia di dapur,
Untuk lebih mengetahui khasiat dan manfaat Bawang Putih, berikut ini penjelasannya. :
BAWANG PUTIH sebagai pakan tambahan atau feed additive.
Biasa digunakan didalam campuran pakan ternak. Penggunaan feed additive dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas, kesehatan dan keadaan gizi ternak. Beberapa jenis Feed additive yang biasa digunakan para peternak ayam khususnya ayam petelur dan pedaging adalah antibiotika sintetik, enzim, probiotik, asam organik, flavor dan antioksidan. Antibiotika sintetik adalah jenis feed additive yang paling banyak digunakan oleh para peternak. Penggunaan feed additive jenis antibiotik sintetik ini banyak memberikan pengaruh yang buruk pada produk yang dihasilkan oleh ternak. Salah satunya adalah residu bahan – bahan kimia yang terkandung didalam antibiotik sintetik ini ke dalam produk yang dihasilkan seperti telur dan daging. Bahan – bahan kimia yang teresidu ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Tidak hanya memberikan imbuhan pakan, untuk meningkatkan produktivitas ternak mereka para peternak unggas jenis ayam biasanya juga memberikan pakan yang memiliki kadar lemak tinggi. Dengan pemberian pakan yang mengandung lemak tinggi efisiensi pakan oleh ternak akan lebih tinggi namun produk yang dihasilkan tidak aman untuk dikonsumsi. Karena memiliki kandungan kolestrol yang tinggi. Bahan pangan yang mengandung kadar kolestrol tinggi tidak aman untuk dikonsumsi karena dapat mengakibatkan dampak yang buruk bagi kesehatan kita.
Bawang putih adalah salah satu jenis tanaman herbal yang selain digunakan sebagai bumbu dalam masakan juga bisa digunakan sebagai obat. Kandungan senyawa aktif yang terdiri atas allisin dan ajoene serta senyawa flavonoid dalam bawang putih menjadikannya dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan di dalam tubuh (Santosa et al., 1991; Kim et al., 2000). Maryam et al (2003) melaporkan bahwa pemberian ekstrak bawang putih sebesar 4% pada ransum yang mengandung Aflatoksin rendah (0,4 mg AFB/kg) menunjukan adanya peningkatan produktivitas ayam dan produksi telur ayam. Senyawa – senyawa aktif yang terkandung di dalam bawang putih diduga dapat menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik yang biasa diberikan kepada ayam. Sehingga efek buruk dari penggunaan antibiotik sintetik ini bisa kita hindari, kesehatan ternak terjaga dan produk yang dihasilkan oleh ternak juga aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Bawang putih mempunyai kandungan yaitu saponin dan
flavonoid, disamping minyak atsiri yan sama-sama berfungsi sebagai antibakteri. Saponin adalah senyawa aktif yang kuat dan menimbulkan busa jika digosok dalam air sehingga bersifat seperti sabun (Robinson, 1995) dan mempunyai kemampuan antibakterial (Ilmi, 1995). Saponin dapat meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi membran, menyebabkan denaturasi protein membran sehingga membran sel akan rusak dan lisis (Siswandono dan Soekarjo, 1995).Menurut Dwidjoseputro (1994) menyatakan bahwa saponin memiliki molekul yang dapat menarik air atau hidrofilik dan molekul yang dapat melarutkan lemak atau lipofilik sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan sel yang akhirnya menyebabkan kehancuran kuman. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang bersifat desinfektan yang bekerja dengan cara mendenaturasi protein yang dapat menyebabkan aktifitas metabolisme sel bakteri berhenti karena semua aktifitas metabolisme sel bakteri dikatalisis oleh suatu enzim yang merupakan protein. Berhentinya aktifitas metabolisme ini akan mengakibatkan kematian sel bakteri (Trease dan Evans, 1978). Flavonoid juga bersifat bakteriostatik yang bekerja melelui penghambatan sintesis dinding sel bakteri (Masya, 1985; Soedibyo, 1998). Bawang putih mengandung minyak atsiri dengan unsur utama alliin. Alliin secara enzimatis akan dipecah oleh enzim allinase menjadi senyawa berbau khas yaitu allicin. Senyawa allicin dikenal mempunyai daya antibakterial yang kuat. Efek antibakteri allicin bekerja dengan cara menghancurkan kelompok –SH, yaitu kelompok Sulfhidril dan disulfida yang terikat pada protein dan merupakan enzim penting untuk metabolisme sel bakteri serta merupakan gugus yang penting untuk proliferasi bakteri atau sebagai stimulator spesifik untuk multiplikasi sel bakteri. Dengan adanya allicin inilah maka pertumbuhan kuman dapat dihambat dan proses selanjutnya mengakibatkan terjadinya kematian kuman (Mursito, 2003). Pemberian bawang putih untuk ayam broiler dapat memberikan banyak keuntungan. Kandungan – kandungan senyawa aktif didalam umbi bawang putih mampu menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik didalam tubuh ayam broiler dengan jauh lebih baik. Kandungan senyawa-senyawa aktif ini mampu memperbaiki konversi ransum, meningkatkan kesehatan dan produktivitas ayam broiler serta mampu mengurangi kadar lemak yang terkandung didalam daging ayam broiler. Menurut Zulbardi dan Bintang ( 2007) pemberian tepung bawang putih sebanyak 0,02% mampu merangsang pertambahan bobot badan ayam broiler lebih cepat, dengan pencapaian konversi pakan sebesar 1,81 dan diikuti dengan penurunan jumlah konsumsi pakan oleh ayam broiler.
Selain itu menurut Wiryawan et al (2005) pemberian tepung bawang putih sebanyak 2,5% didalam ransum mampu meningkatkan efisiensi pakan ayam broiler yang teinfeksi S.Typhimurium. Hal ini diduga dipengaruhi oleh senyawa- senyawa aktif seperti allisin, selenium dan metilatil trisulfida yang terkandung didalam umbi bawang putih. Allisin memiliki sifat anti bakteri yang mampu membunuh bakteri – bakteri patogen. Sedangkan selenium mampu bekerja sebagai anti oksidan dan metilatil trisulfisa berperan dalam mencegah pengentalan darah.
Sifat - sifat dari ketiga senyawa aktif ini dapat mempengaruhi terjadinya proses metabolisme yang lebih baik, sehingga proses penyerapan zat makanan dapat beralangsung lebih optimal, konsumsi ransum lebih sedikit, yang menyebabkan angka konversi ransum lebih rendah dan pencapaian bobot badan lebih cepat.Hasil penelitian Hidajati (2005) memperlihatkan bahwa pemberian bawang putih dengan dosis 2 - 3mg/ekor /hari mampu menurunkan kadar kolestrol yang terkandung didalam daging serta meningkatkan persentase karkas ayam broiler lebih baik jika dibandingkan dengan ayam broiler tanpa pemberian bawang putih. Menurut Sunarto dan Pikir (1995) penurunan kadar kolestrol pada daging ayam broiler ini disebabkan karena adanya efek hipokolesterolemik dari senyawa aktif bawang putih yaitu allicin (disulphide- oxide tidak jenuh). Allicin mampu mengikat gugus –SH group dari Ko-A, menyebabkan NADH dan NADPH yang dibutuhkan dalam proses pembentukan kolestrol dihati menurun. Penurunan ini menyebabkan kolestrol yang terkandung didalam hati ayam akan berkurang sehingga kolestrol yang ditransfer oleh darah ke daging melalui pembuluh darah juga berkurang. Pada ayam petelur, pemberian ekstrak bawang putih dalam ransumnya mampu memberikan efek yang cukup baik juga tidak jauh berbeda dengan ayam broiler. Senyawa – senyawa aktif yang terkandung didalam umbi bawang putih mampu menggantikan fungsi antibiotik sintetik di dalam tubuh ayam petelur. Jika pada ayam broiler lebih terfokus pada kualitas daging yang dihasilkan dan tingkat konsumsi ransum, maka pada ayam petelur lebih terfokus pada kualitas dan tingkat produksi telur yang dihasilkan. Sutama dan Lindawati (2005) melaporkan, ayam petelur yang diberi suplementasi bawang putih sebesar 4% dalam ransumnya secara nyata mampu menurunkan kolesterol telur yang dihasilkan. Sedangkan untuk pemberian suplementasi bawang putih sebesar 2-6% dalam ransumnya tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi ransum dan produksi telur yang dihasilkan. Faktor yang memyebabkan penurunan kadar kolestrol telur ini sama dengan faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar kolestrol pada daging ayam broiler.
Sedangkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryam et al (2003), pemberian ektrak bawang putih sebanyak 4% pada ransum ayam petelur yang diinfeksi aflaktosin 0,4 mg AFB 1/kg BH dapat meningkatkan bobot badan dan produksi telur serta dapat mengurangi kadar residu aflaktosin pada telur yang dihasilkan. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh jenis ayam yang digunkan dalam penelitian ini. Untuk penelitian yang dilakukan oleh Sutama dan Lindawati menggunakan ayam petelur yang sehata tanpa infeksi aflaktosin sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Maryam et al menggunakan ayam petelur yang diinfeksi dengan aflaktosin sehingga menyebabkan respon yang berbeda. Ayam yang sedang mengalami diare karena beberapa faktor seperti cuaca dll, saya menyarankan memberi bawang putih agar kotoran tidak encer. Dengan ayam mengkonsumsi bawang putih maka sistem pencernaan akan lancar. Dalam suhu yang tidak stabil atau pergantian musim tentu ketahanan tubuh ayam juga berbeda-beda. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh akibat cuaca. Pemberian bawang putih dapat menambah suhu tubuh. Allicin yang terkandung dalam bawang putih merupakan senyawa anti jamur. Ini menyebabkan ayam menjadi tahan terhadap serangan bakteri maupun virus. Bawang putih juga dapat menyembuhkan flu pada ayam. Memperbaiki atau mengobati bagian tubuh ayam yang luka. Tentu penyakit pada telinga ayam memang sulit dikenali dengan jarangnya dijumpai penyakit pada telinga. Namun dalam hasil pengalaman saya, pemberian cairan bawang putih pada telinga dapat menurunkan ayam yang stress akibat suara bising (petasan bulan puasa). Mengobati radang. Bawang putih mengandung anti peradangan, jika ayam mengalami radang tenggorokan/
"manikan" atau ayam sering tersedak ketika makan, dengan menumbuk bawang secukupnya dan melolohkan pelan-pelan ini akan melancarkan tenggorokan. Meredakan nyeri. Manfaat yang lain adalah dipercaya dapat meredakan nyeri pada otot dengan cara mengompreskannya ke bagian yang terasa nyeri stelah bertarung. Menyembuhkan korep. Bawang putih sudah terbukti memiliki khasiat anti radang karena mampu melawan infeksi dan bakteri maupun jamur. Untuk pengobatan korep, dengan merendam bagian tubuh yang terserang korep kedalam air hangat yang sudah dicampur dengan cincangan bawang putih. Bermanfaat untuk menghilangkan rasa gatal yang diakibatkan oleh jamur. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sri Suharti dari IPB memberikan suatu hasil bahwa bawang putih juga terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian dengan melalui pemberian temulawak, jahe dan bawang putih yang diuji kemampuannya terhadap bakteri Salmonella typhimurium dengan cara dikeringkan dan digiling menjadi bubuk, kemudian diukur aktifitas bakterinya. Terbukti bawang putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang setara dengan tetrasiklik 100 dan 1549 g/ml dengan konsentrasi 5%.
Sedangkan temulawak dan jahe jauh lebih rendah kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. typhimurium. Aktifitas antibakteri bawang putih ini disebabkan kandungan diallyl thiosulfinate (biasa disebut : allicin), yang diduga dapat merusak dinding sel dan menghambat sintesa protein. Pemberian bawang putih hingga 2,5% dalam ransum ayam broiler dapat meningkatkan konversi pakan, meningkatkan karkas, menurunkan koloni bakteri S. Typhimurium dalam feses dengan tidak mempengaruhi kadar immunoglobulin dalam darah.
Dengan demikian, bawang putih ini cukup potensial menjadi alternative suplemen zat antimikroba. Namun, masih perlu dilakukan penelitian lagi sampai sejauh mana bawang putih effektif digunakan dalam pakan broiler.
Di Negara Asia, seperti Jepang atau Cina, bawang putih bias dikonsumsi tanpa harus ditumbuk halus atau dirajang seperti kebanyakan bumbu di Indonesia. Di mana satu suing bawang putih tinggal dibakar diatas api atau langsung dikudap tanpa racikan lain, untuk menambah rasa masakan. Selain sebagai penyedap masakan, bawang putih juga dapat mengurangi dampak buruk dari lemak.
Konsumsi bawang putih tentu saja harus diimbangi dengan gaya hidup yang sehat seperti mengurangi makanan yang mengandung lemak atau kolesterol tinggi, banyak olahraga, beristirahat serta mengkonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi. Penyakit folk yang sering menyerang anak ayam ini terbagi menjadi dua Folk basah dan Folk kering. Penyakit folk biasanya terjangkit pada musim-musim kemarau dengan kelembaban yang tinggi dan keadaan ternak yang padat. Folk basah ini menyerang rongga-rongga disekitar kepala, seperti rongga hidung, mulut dan mata. Akibatnya ayam akan meras sulit bernafas, menelan dan melihat. Karena menyerang bagian dalam akan sangat sulit mengobatinya. Biasanya, ayam yang terserang pada ronga-rongga tersebut terdapat sejenis keju berwarna krem yang menyumbat jalannya pernapasan dan mengakibatkan pembengkakan pada bagian yang terkena.
Untuk mengatasi penyakit Folk basah ini gunakan bawang putih yang telah diparut kemudian di teteskan pada bagian yang sakit. Jika yang terkena mata, maka diteteskan pada mata, jika dihidung dan tenggorokan diteteskan pada mulut. Lakukan beberapa kali sehari. Sedangkan Folk kering adalah penyakit ayam yang berupa kutil yang tumbuh disekitar kepala dan dapat mengakibatkan kebutaan pada mata. Gunakan (oleskan) yodium tinctur dengan terlebih dahulu dikupas bagian yang terkena (kutil).
Semoga bermanfaat.
Salam ternak,
Jayalah peternak Indonesia.